
Istilah bullyingdan body shaming kini menjadi isu populer di masyarakat kita. Budaya dan kebiasaan tersebut banyak terjadi di hampir keseharian kita, termasuk memberikan komentar berupa hal-hal yang menjurus pada body shaming atau penghinaan fisik. Apalagi di era digital saat ini, perilaku tersebut banyak kita temukan di dunia maya seperti media sosial.
Seringkali kita mendengar atau menemukan komentar berupa kata-kata yang menjurus ke body shaming.
“Kok badan kamu makin gemuk, sih. Makanya, diet dong.”
komentar seperti itu hal yang lumrah untuk diberikan pada orang lain. Namun, sadarkah dampak dari body shaming tersebut? Sadarkah ada sejumlah hati yang tersakiti oleh komentar kita yang menyudutkan itu? Baik itu disengaja ataupun tidak, body shaming tidak seharusnya menjadi hal yang biasa, wajar dan lumrah hanya untuk sekadar basa-basi.
Apa si body Shaming itu?
Body shaming adalah perilaku mempermalukan seseorang dengan menghina atau membuat komentar negatif mengenai bentuk atau ukuran tubuh seseorang. Body shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk bullying yang banyak terjadi di lingkungan kita.
Body shaming biasanya dilakukan oleh teman-teman dekat atau bahkan keluarga. Mereka yang biasanya melakukan body shaming biasanya melakukannya dalam keadaan sadar dan dengan berbagai alasan seperti bahan untuk berbasa-basi, melindungi harga diri bahkan untuk menjatuhkan orang lain.
Penyebab body shaming
Ada banyak penyebab terjadinya body shaming. Apabila seorang individu sering menyaksikan atau membaca komentar-komentar yang mengarah ke tindakan body shamingsejak dini, maka besar kemungkinan individu tersebut melakukan tindakan body shaming terhadap orang lain pada masa depan. Pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa deskripsi cantik atau tampan adalah individu dengan kulit putih, hidung mancung, tubuh langsing, tinggi semampai dan sebagainya. Maka dari itu, apabila ada seseorang yang tidak memenuhi deskripsi tersebut, ia tidak bisa dikategorikan sebagai cantik atau tampan sehingga termasuk dalam kategori jelek, kurus, gemuk atau panggilan negatif lainnya.
Dampak Body Shaming
Standar kecantikan body shaming berpotensi membuat seseorang melakukan self-objectivation . Self-objectification adalah keadaan dimana seseorang menilai diri sendiri berdasarkan penampilan. Kecenderungan untuk melakukan self-objectification ini dapat menimbulkan perasaan malu atas diri sendiri (shame) atau kecemasan (anxiety) terhadap bentuk atau ukuran tubuh. Orang-orang yang tidak dapat menerima perlakuan body shaming akan cenderung merasa ada yang salah dalam dirinya. Atau merasa tidak kompeten untuk melakukan sesuatu karena rendahnya kepercayaan terhadap diri sendiri.
Dampak lain dari self-objectificationadalah menurunnya aspek psikologis dalam diri seseorang, salah satunya terkait dengan kepercayaan diri. Seseorang yang mendapatkan perlakuan body shaming bisa jadi mengalami penurunan motivasi untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, ia akan merasa tidak berharga yang selanjutnya apabila hal itu berlangsung terus-menerus akan berujung pada perasaan putus asa. Tidak jarang, rasa putus asa ini memunculkan pemikiran bunuh diri pada seseorang
Cara Mengatasi Body Shaming
Self-love sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental kita, karena dengan menerima segala kelebihan dan kekurangan kita apa adanya, kita menjadi lebih bisa berpikir positif terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Dengan mencintai diri sendiri maka kita akan cenderung yakin dan percaya terhadap kemampuan diri.
apabila kita mendapatkan komentar yang terkait body shaming, maka kita bisa menjadikan komentar tersebut sebagai motivasi dan introspeksi diri. Apabila berat, kita juga mempunya pilihan untuk mengabaikan komentar yang menjurus pada body shaming. Kita perlu menyeleksi mana yang perlu diperhatikan dan mana yang tidak.
